Profil Desa Limbangan

Ketahui informasi secara rinci Desa Limbangan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Limbangan

Tentang Kami

Profil lengkap Desa Limbangan, Madukara, Banjarnegara. Mengupas tuntas kondisi geografis, demografi, pemerintahan, serta potensi utama di sektor pertanian salak, pengembangan UMKM, dan dinamika sosial masyarakatnya yang terus berkembang di perbukitan Jawa

  • Sentra Agropolitan

    Desa Limbangan merupakan salah satu pusat pertanian penting di Kecamatan Madukara, dengan buah salak sebagai komoditas unggulan utama yang menopang perekonomian mayoritas penduduk.

  • Lokasi Strategis di Perbukitan

    Berada di kawasan perbukitan Banjarnegara, desa ini memiliki karakteristik geografis unik yang mendukung pertanian khas dataran menengah sekaligus menghadapi tantangan infrastruktur.

  • Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif

    Selain pertanian, terdapat geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mengolah hasil pertanian, menandakan adanya potensi diversifikasi ekonomi yang menjanjikan.

XM Broker

Berada di antara kontur perbukitan yang subur di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Desa Limbangan menampilkan diri sebagai sebuah wilayah agraris yang dinamis. Dengan pertanian sebagai tulang punggung utama dan geliat ekonomi kreatif yang mulai tampak, desa ini menjadi representasi dari potensi pedesaan yang terus beradaptasi dengan tantangan zaman. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, denyut nadi kehidupan masyarakatnya sangat bergantung pada kesuburan tanah dan keuletan dalam mengolah hasil bumi, terutama komoditas salak yang telah lama menjadi ikon wilayah ini.

Kondisi Geografis dan Demografi Wilayah

Desa Limbangan secara administratif terletak di Kecamatan Madukara, sekitar 10 kilometer ke arah timur dari ibu kota Kabupaten Banjarnegara. Letaknya di kawasan perbukitan menjadikan topografi wilayah ini bervariasi, dengan ketinggian rata-rata antara 296 hingga 601 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini berpengaruh besar terhadap pola pemanfaatan lahan yang didominasi oleh perkebunan dan pertanian lahan kering.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan monografi kecamatan, luas wilayah Desa Limbangan ialah sekitar 193,199 hektare atau 1,93 km². Berdasarkan Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 9 Tahun 2023 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Desa, Desa Limbangan memiliki batas-batas yang jelas dengan desa-desa tetangganya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Penawangan. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Talunamba, sementara di sisi selatan dan barat, wilayahnya bersinggungan dengan desa lain di dalam lingkup Kecamatan Madukara, yang turut membentuk ekosistem sosial dan ekonomi yang saling terkait.

Dari sisi kependudukan, menurut data Satu Data Banjarnegara untuk tahun 2023, jumlah penduduk Desa Limbangan tercatat sebanyak 1.789 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 926 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup sedang untuk ukuran wilayah perdesaan di Jawa Tengah, dengan sebaran penduduk yang relatif merata di beberapa dusun yang ada. Komposisi penduduknya didominasi oleh kelompok usia produktif, yang menjadi modal penting bagi pembangunan desa.

Sejarah Singkat dan Sistem Pemerintahan

Meskipun catatan sejarah rinci mengenai asal-usul penamaan Desa Limbangan tidak banyak terdokumentasi secara populer, eksistensinya sebagai sebuah komunitas agraris telah berlangsung turun-temurun. Seperti banyak desa lain di Jawa, pembentukannya tidak lepas dari pembukaan lahan untuk pertanian yang kemudian berkembang menjadi permukiman yang terstruktur. Secara administratif, statusnya sebagai desa telah ditetapkan sejak era pemerintahan kolonial dan terus berlanjut hingga kini.

Sistem pemerintahan Desa Limbangan berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Roda pemerintahan desa digerakkan oleh seorang Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat setiap enam tahun sekali. Kepala Desa dibantu oleh jajaran perangkat desa, yang mencakup sekretaris desa, kepala urusan (kaur) dan kepala seksi (kasi), serta kepala dusun yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah di tingkat paling bawah. Keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga menjadi elemen krusial dalam fungsi pengawasan dan legislasi di tingkat desa, memastikan aspirasi masyarakat dapat tersalurkan dengan baik dalam setiap kebijakan pembangunan.

Pusat pemerintahan dan pelayanan publik terpusat di kantor desa, yang menjadi sentra kegiatan administrasi kependudukan, perencanaan pembangunan, serta koordinasi program-program pemerintah pusat dan daerah yang diimplementasikan di tingkat desa.

Potensi Ekonomi: Jantung Pertanian Salak dan Gerakan UMKM

Sektor ekonomi Desa Limbangan sangat ditopang oleh bidang pertanian. Lahan yang subur menjadikan mayoritas penduduknya menggantungkan hidup sebagai petani. Komoditas yang menjadi primadona dan ikon utama dari wilayah ini, bahkan Kecamatan Madukara secara umum, merupakan buah salak. Perkebunan salak tersebar luas di hampir seluruh penjuru desa, dari pekarangan rumah hingga kebun-kebun di lereng perbukitan. Jenis salak yang dikembangkan mampu berbuah sepanjang tahun, meskipun puncaknya terjadi saat musim penghujan, menjadikannya sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi warga.

Tidak hanya menjual dalam bentuk buah segar, sebagian masyarakat telah mulai mengembangkan nilai tambah dari komoditas ini. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian mulai tumbuh. Produk olahan seperti keripik salak, dodol salak, dan aneka makanan ringan lainnya mulai diproduksi, meskipun skalanya masih terbatas. Inovasi ini menjadi sinyal positif adanya pergeseran dari ekonomi agraris murni menuju ekonomi produktif yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Selain salak, lahan pertanian di Desa Limbangan juga ditanami padi di area persawahan yang terbatas dan berbagai tanaman palawija lainnya. Sektor peternakan, terutama kambing dan ayam, juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi banyak keluarga. Dukungan dari pihak terkait, seperti pendampingan dari Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan penyuluh pertanian, kerap dilakukan untuk membantu petani mengatasi kendala dan meningkatkan produktivitas lahan mereka.

Infrastruktur, Pendidikan, dan Sosial Budaya

Pembangunan infrastruktur dasar di Desa Limbangan terus menunjukkan kemajuan. Akses jalan utama yang menghubungkan desa dengan pusat kecamatan dan kabupaten sudah beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat, mempermudah mobilitas penduduk dan distribusi hasil bumi. Jaringan listrik dan sinyal telekomunikasi juga telah menjangkau sebagian besar wilayah, mendukung aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.

Di sektor pendidikan, Desa Limbangan memiliki fasilitas pendidikan dasar yang memadai, seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD). Bagi siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA), mereka dapat mengakses sekolah di pusat kecamatan atau wilayah terdekat. Menariknya, di desa ini terdapat sebuah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bernama PKBM Bima. Lembaga pendidikan non-formal ini menjadi solusi bagi warga yang putus sekolah atau ingin menempuh pendidikan kesetaraan Paket B dan Paket C, memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Banjarnegara.

Kehidupan sosial budaya masyarakatnya masih sangat kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Kegiatan keagamaan, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, berjalan dengan baik melalui masjid dan musala yang tersebar di setiap dusun. Tradisi lokal dan kesenian daerah, meskipun menghadapi tantangan dari modernisasi, tetap diupayakan untuk lestari melalui berbagai kegiatan komunitas.

Tantangan dan Arah Pengembangan ke Depan

Sebagai wilayah agraris di perbukitan, Desa Limbangan menghadapi beberapa tantangan klasik. Salah satu yang utama yakni fluktuasi harga komoditas pertanian, terutama salak, yang sering kali tidak menguntungkan petani. Ketergantungan pada satu komoditas utama juga menjadi kerentanan tersendiri. Selain itu, regenerasi petani menjadi isu penting, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik untuk bekerja di sektor non-pertanian atau merantau ke kota.

Tantangan lainnya berkaitan dengan infrastruktur penunjang pertanian, seperti jaringan irigasi yang perlu dioptimalkan, serta akses terhadap teknologi pascapanen yang masih terbatas. Peningkatan kapasitas UMKM, baik dari sisi kualitas produksi, pengemasan, maupun pemasaran, juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mengangkat daya saing produk lokal.

Ke depan, arah pengembangan Desa Limbangan sangat potensial untuk difokuskan pada diversifikasi ekonomi berbasis agrowisata dan penguatan industri kreatif. Pemandangan alam perbukitan yang asri dan hamparan kebun salak dapat dikemas menjadi paket wisata edukasi petik buah. Penguatan UMKM melalui digitalisasi pemasaran dan pembinaan berkelanjutan dapat membuka pasar yang lebih luas. Dengan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan dukungan dari pemerintah kabupaten, Desa Limbangan memiliki prospek cerah untuk menjadi desa yang mandiri, berdaya saing, dan sejahtera tanpa harus kehilangan identitas agrarisnya.